SENJA DI PANTAI NYAMPLUNGSARI

Desir angin laut terasa dingin di senja itu,saat kami memandangi sang mentari yang kian tenggelam tertelan cakrawala . Riak obak memutih mengejar pantai sesekali menyambar betis kami . Cicit kelelawar mulai bersaing dengan gema suara Adzan,sayup terdengan oleku ,”Yok pulang !”. Sebuah impian terlintas seakan memanjakan aku yang lagi terbuai api asmara . Mungkinkah cakrawala yang nun jauh disana bisa kugapainya? Wahai sang mentari yang tlah tertidur,khabarkan pada sang rembulan ,agar dia nyanyikan lagu cinta buat kami.
Selamat tinggal pantai Nyamplungsari,semoga keindahanmu membuatku dapat meraih cakrawala yang kunanti setiap waktu. Seraya ku berdo’a tuk kedua orang tuaku semoga dapat menerjang ombakmu,sehingga kami dapat meraih cakrawala yang kian jauh jika kudekati. Begitulah kata hatiku saat kami tinggalkan patai itu sambil menelusuri persawahan yang membentang di kanan kiri perjalanan kami.
Gerimispun mulai terasa membasahi keningku,angin malam bertiup terasa dingin sekali. Sosok lelaki yang duduk dibelakangku dekat pintu,tampak kecapaian,sesekali menggeliat membetulkan pangkuanya . Yah…..itulah Ayahku yang dengan semangat membaja tuk membesarkan kami,menyekolahkan kami. Ya Allah lindungilah kedua orang tuaku,Ya Allah berilah jalan agar beliau dapat mengantarkan kami tuk jemput asa yang terbujur di cakrawala.Ya Allah,hanya engkaulah yang dapat menjawab dan menguji kami,ku pinta sekali lagi kabulkan do’a kami.Amin